_Bismillaah,_
FROM ZERO TO SURVIVE
Hari-hari terakhir ini, mata dunia sedang tertuju pada kondisi negeri kita, Indonesia. Karena suasana _chaos_ sudah dan sedang terjadi di negeri ini.
Penyebabnya tidak lain, karena ulah segelintir elit penguasa yang pikiran, ucapan, dan tingkah lakunya sudah sangat mencederai hati rakyat kecil.
Padahal, separuh keindahan manusia terletak pada lisannya, maka berbicaralah yang baik-baik saja atau lebih baik diam. ”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hedaklah dia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semakin dekat dengan kehancuran negeri ini, manusia semakin rakus dan lupa dengan kematian yang akan menghampirinya. Mereka pajaki rakyat kecil, mengeluarkan kata-kata tolol, menghilangkan (melindas) nyawa, dan berbangga diri dengan joget-joget, sambil berambisi menumpuk harta dunia. “Berlomba-lomba menumpuk harta telah melalaikan kalian. Sampai kalian dimasukkan ke liang kubur.”
(QS. 102:1-2).
Dalam kondisi seperti ini, bolehkah rakyat memberontak _(people power)?_ Islam sangat melarang keras melakukannya, karena _madharat_=nya lebih besar. Rakyat harus tetap taat dan bersabar, selama mereka tidak melarang kalian untuk mendirikan shalat. Pesan Rasulullah, “Ketika penguasa kalian sudah _zhalim,_ bersabarlah, karena mereka akan menjalaninya sampai ajalnya saja.” (HR. Hakim).
Bahkan sebuah negara atau bangsa akan hancur dengan sendirinya, ketika _pertama,_ pajak yang mencekik rakyat. _Kedua,_ hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas. _Ketiga,_ jabatan dipegang oleh penghianat. _Keempat,_ kaum cerdik cendekia diam melihat ketidakadilan. Dan _kelima,_ ketimpangan sosial terjadi di mana-mana. Peringatan Rasulullah SAW., “Ketika sebuah urusan dipegang oleh orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah waktu kehancurannya.”
(HR. Bukhari).
Karena salah mengurus negeri ini, nampak sekali kerusakan _(mafsadat)_ yang ditimbulkan lebih besar daripada kebaikannya _(mashlahat)._ Seperti, hilangnya wibawa pemimpin, kerusakan fisik bangunan, jalan, gedung, penjarahan, pembakaran, kemacetan lalu lintas, dan rasa tidak aman menghantui rakyat kebanyakan.
Hal yang sangat mengkhawatirkan lagi adalah nyawa manusia juga ikut melayang. Dalam hal ini Rasulullah SAW. mengingatkan kita, ”Hancurnya dunia dan isinya itu lebih ringan di sisi Allah daripada hilangnya nyawa seorang Muslim tanpa alasan yang benar.”
(HR. Tirmidzi dan An-Nasa’i).
Menyaksikan carut marutnya potret negeri kita hari ini, bagaimana sikap seorang Muslim menghadapinya? Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Kita harus belajar dari bagaimana Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api, ketika tidak ada lagi usaha yang bisa dilakukan oleh beliau ketika itu. (QS. 21:69).
Kemudian, Allah menyelamatkan Nabi Musa dan pengikutnya, ketika di depannya ada lautan, dan mundur ke belakang ada Fir’aun dan pasukannya. Kemudian lautan dibelah dua untuk menjadi jalan terbentang menyelamatkan diri Nabi Musa dan pengikutnya dari kejaran Fir’aun.
(QS. 2:50).
Allah juga menyelamatkan Nabi Muhammad SAW. dan sahabatnya Abu Bakar, ketika dalam pengejaran musuh. Allah tolong mereka dengan bersembunyi di Gua Tsur, sebuah tempat yang aman. Ketika itu beliau dan sahabatnya sudah tidak bisa melakukan apapun lagi. (QS. 8:30).
Mengapa Allah tidak menurunkan pertolongan-Nya di awal usaha kita? Allah justru baru mendatangkan pertolongan-Nya di titik akhir ketika mereka hampir putus asa. _Pertama,_ kalau datang di awal, maka sangat rentan menimbulkan kesombongan dalam diri manusia.
_Kedua,_ bahwa tidak ada kesuksesan tanpa perjuangan. Termasuk para Nabi dan Rasul, mereka harus mendekati keputusasaan, barulah pertolongan Allah itu datang. Dan _ketiga,_ tidak boleh berhenti berjuang. Ketika pertolongan Allah belum datang, maka jangan pernah lelah untuk terus berjuang.
Berbagai ujian, cobaan, dan kesulitan dari Allah, membelajarkan kita untuk bangkit dari titik terendah dengan mengedepankan kesabaran, keikhlasan, ketawakalan, optimisme, dan permohonan kepada Allah, yang kemudian berujung pada sukses _duniawi_ dan _ukhrawi_ _(From zero to survive)._
Simpulan
Menghadapi berbagai ujian Allah, mulailah dari titik terendah, kemudian jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, maka pertolongan Allah akan datang pada detik-detik terakhir.
_Fastabiqul khairat …_
Oleh : Nur Alam, Jum’at Penuh Berkah, 13 Rabi’ul Awwal 1447 H./5 September 2025 M. Pukul 05.25 WIB.