Bismillaah,
HOW TO CHANGE THE WORLD
Ada sebuah ungkapan, bahwa ‘perubahan adalah sebuah keniscayaan.’ Di dunia ini tidak ada yang diam, semua berubah, cepat atau lambat, suka atau tidak suka.
Dari perubahan itu, kita harus benar-benar siap beradaptasi dengan segala situasi dan kondisinya. Karena apa yang saat ini baru, besok sudah berkurang kebaruannya. Dan yang hari ini up to date, besok boleh jadi sudah out of date. Inilah sebuah Sunnattullah.
(QS. 35:43).
Meski perubahan adalah sebuah kepastian, namun respon manusia beragam. Ada yang menyambutnya sebagai peluang untuk maju, sementara yang lain melihatnya sebagai ancaman. Mereka yang bertahan bukanlah yang terkuat atau terhebat, tetapi yang paling mampu beradaptasi dengan perubahan itu.
Sambil beradaptasi dengan perubahan itu sendiri, pada akhirnya sampailah pada pertanyaan, bagaimana kita mampu mengubah dunia? (How to change the world?). Ketika kita ingin mengubah situasi dunia, maka mulailah perubahan itu dari diri sendiri. Seperti orang bijak pernah berkata, "Everyone thinks of changing the world, but no one thinks of changing himself.â€
Ada sebuah kisah seperti ini. Seorang ulama besar, ketika akan meninggal dunia menangis di hadapan keluarganya. Beliau menangis karena menyesal. Ketika masih muda, terobsesi ingin mengubah dunia menjadi lebih baik. Ternyata gagal, maka diturunkan targetnya, ingin mengubah bangsanya. Juga gagal, diganti dengan mengubah sukunya. Masih gagal lagi, diganti lagi, ingin memperbaiki keluarganya yang sudah dicita-citakan ketika mudanya.
Akhirnya, ketika sampai di pembaringan terakhir, si ulama tadi berucap, “Seandainya dulu saya memulai dengan memperbaiki diri saya sendiri, boleh jadi setelah saya berubah, saya bisa memperbaiki keluarga saya, suku saya, bangsa saya, dan kemudian ikut memperbaiki dunia ini.â€
Islam mendidik kita untuk melakukan perubahan diri sendiri sebelum melakukan perubahan pada orang yang lain, baik itu keluarga apalagi masyarakat dunia. Pesan Allah, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu†(QS. 66:6).
Seorang pemikir Islam, M. Naquib Al-Attas, berpendapat bahwa, “Konsep terbaik dalam membangun peradaban manusia adalah dengan membangun individu-individu yang baik (sholeh). Bukan dengan membangun komunitas. Sebab komunitas itu adalah kumpulan individu. Ketika mayoritas individunya baik, maka baiklah komunitas itu.â€
Mengubah diri sendiri menjadi kunci untuk merubah dunia. Karena mau mengubah diri, Al-Fatih mampu menaklukkan Konstantinopel, sebuah kota yang tak terkalahkan lebih dari 7 abad lamanya oleh ratusan atau bahkan ribuan serangan. Hal ini sudah diprediksi oleh Rasulullah SAW., bahwa Konstantinopel sebagai kota yang akan ditaklukkan itu.
Kekinian, bagimana mengubah diri sendiri untuk kemudian mampu mengubah situasi dunia? Pendidikan menjadi kunci penting untuk mengubah diri sendiri, sebelum mengubah dunia. “Pendidikan adalah senjata paling ampuh di dunia, karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia (Education is the most powerful weapon you can use to change the world),†kata Nelson Mandela.
Juga ada sebuah ungkapan yang menginspirasi, “Seorang anak, sebuah pena, seorang guru, dan sebuah buku, dapat mengubah dunia (One child, one pen, one teacher, and one book can change the world),†kata Malala Yousafzai, aktivis Pakistan.
Mengubah dunia bukanlah sesuatu yang mustahil, ketika pendidikan dijadikan sebagai fondasi utama dalam kehidupan. Tidak hanya membangun individu yang tangguh, tetapi juga peradaban yang maju dan dunia yang penuh harapan. Karena dengan pendidikan, seseorang akan memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif, yang menjadi syarat keterampilan hidup (life skill) abad 21.
Mendidik itu tidak mendadak. Mendidik itu bukan menyulap generasi. Tapi mendidik itu menuntun tumbuhnya fitrah anak dengan menjaga dan merawatnya. Setahap demi setahap dan berurutan mengikuti masa emas pada fase perkembangannya. Dimulai dari penumbuhan kecintaan, lalu penumbuhan nalar dan rasa ingin tahu, baru kemudian tahap pembiasaan. (Pendidikan Karakter Nabawiyah).
Pendidikan itu bukan sebuah produk seperti gelar, diploma, profesi, pekerjaan, atau uang yang dihasilkan, tapi pendidikan suatu proses yang tak pernah berakahir. Karenanya, “Tiada suatu pemberian yang paling utama dari orang tua kepada anaknya, selain pendidikan yang baik.†(HR. Hakim).
Simpulan
Tidak ada cara lain mengubah dunia, kecuali harus dimulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan baru kemudian dunia.
Pendidikan menjadi senjata paling ampuh untuk mengubah dunia, karena menjadi proses yang tak pernah berakhir sepanjang hayat manusia.
Wallahu A’lam …
Oleh : Nur Alam, Jum’at Penuh Berkah, 22 Muharram 1447 H./18 Juli 2025 M. Pukul 05.25 WIB.
#smartschool