AFTERLIFE INVESTMENT

Article Image

Bismillaah,

AFTERLIFE INVESTMENT

Ketika berbincang tentang investasi, yang terbayang adalah ‘keuntungan.’ Pendapat tersebut ada benarnya. Kadang berinvestasi memang menguntungkan. 

Hampir setiap orang berpikir, bahwa investasi adalah semisal reksa dana, saham, beli tanah, rumah, emas, dan lainnya, yang kelak diharapkan dapat meraih keuntungan berlipat-lipat ganda dari investasinya.    
 
Padahal, investasi seperti itu keuntungannya hanya sebatas dunia. Bahkan, investasi tersebut bisa berbuah kerugian akhirat. Mengapa? Karena keuntungannya rata-rata berupa riba, sesuatu yang sangat diharamkan Allah (QS. 2:275). 

Kemudian, investasi apa yang menguntungkan kita untuk kehidupan yang kekal nantinya? Jawabannya adalah investasi akhirat (Afterlife investment), yang dapat dinikmati hasilnya, tidak hanya di dunia, terlebih di akhirat kelak. (QS. 61:10-11).

Lebih ditegaskan lagi oleh Rasulullah SAW., “Barangsiapa yang obsesi hidupnya dunia, tujuannya dunia, niatnya dunia, cita-citanya dunia, maka dia mendapatkan tiga perkara. Pertama, Allah menjadikan kemelaratan ada di depan mata; kedua, Allah menceraiberaikan urusannya; dan ketiga, dunia tidak datang terkecuali yang ditakdirkan untuk dia saja." 
(HR. Imam Tirmidzi).
     
Investasi akhirat itu banyak sekali, seperti investasi ilmu, harta, waktu, buku, profesi, anak-anak shaleh, sedekah, infaq, wakaf, sosial, ekonomi, kesehatan, lapangan pekerjaan, panti asuhan, rumah tahfidz, pesantren, dan pendidikan. 

Dari sekian macam investasi akhirat, tulisan ini dibatasi pada ‘pendidikan sebagai investasi akhirat.’ Ada sebuah quote, “Education is a passport to the future. Because tomorrow belongs those who prepare for it today.” (Pendidikan adalah paspor menuju masa depan, karena hari esok adalah milik mereka yang menyiapkannya hari ini).

Dalam Islam, anak adalah salah satu titipan (amanah) Allah yang paling berharga. Anak bukan hanya penerus keturunan (generasi), tapi mereka menjadi investasi akhirat kita. Karena nilai investasi yang mulia ini, maka mendidik anak sebagai investasi akhirat menjadi ibadah yang sangat mulia pula di sisi Allah.   

Menurut Anies Baswedan, “Pendidikan itu bukan spending, pendidikan itu bukan pengeluaran, bukan biaya, tepi pendidikan itu investasi. Kalau kita membangun jal tol, bandara, pelabuhan, kita pandang itu sebagai investasi, karena itu kita mau berhutang sebanyak-banyaknya, itulah investasi infrastruktur namanya. Kenapa kita tidak melihat bahwa pendidikan sebagai investasi?.”

Maksud dari pandangan di atas, pendidikan jangan dipandang sebagai invesatasi dunia saja. Jika berhenti di sini, masih sebatas dimensi sekuler. Dampaknya, setiap orang tua yang mengeluarkan biaya pendidikan untuk anak-anaknya, sangat berharap kelak biaya invesatsinya kembali dalam bentuk materi yang lebih besar lagi.
 
Misalnya orang tua yang profesinya petani di desa, kemudian merasa sukses karena anak-anaknya diterima di Fakultas Kedokteran. Menjadi dokter dianggap sebagai cara ‘naik kelas’ dari profesi petani ke profesi dokter. Bukan cara pandang seperti ini yang dimaksud dengan pendidikan sebagai investasi akhirat.   

Demikian pula halnya, lembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat atau swasta, masih ada dari mereka yang berpandangan bahwa dengan pendidikan yang dikelolanya, mereka sedang berinvestasi dunia, sehingga sangat berharap meraih keuntungan besar dari modal investasinya di dunia pendidikan.

Sejatinya bagi para pengelola pendidikan swasta, meski tidak dapat meraih keuntungan besar dari investasinya di bidang pendidikan, bahkan cernderung merugi, yakinlah bahwa sesungguhnya mereka sedang bertransaksi dengan Allah, mereka sedang berinvestasi akhirat, dengan balasan meraih kebahagiaan surga Allah di akhirat.  
   
Bagi para orang tua atau wali murid, bahwa investasi terbesar di dunia bukanlah harta, tapi anak yang sholeh. Anak-anak yang kita didik menjadi bekal investasi akhirat, kelak akan menolong kita masuk surga. Sebaliknya, kita akan terhalang masuk surga, karena kelalaian kita tidak menyiapkan pendidikan anak-anak kita untuk mejadi investasi akhirat. 
       
Bagi para pemangku profesi pendidik dan siapapun yang terlibat dalam dunia pendidikan, meski keuntungan dunia tidak seberapa ketimbang profesi lainnya, yakinlah bahwa Antum sedang berinvestasi akhirat dengan menyiapkan sebuah generasi berilmu. Karena, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-orang yang berilmu." (QS. 35:28).

Terakhir, bagi anak-anak didik kita, tidak ada penyesalan yang paling menderita, selain hidup dalam kondisi bodoh tak berilmu. Nasehat Imam Syafi’i, "Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan."

Simpulan

Tidak ada kerugian sedikitpun, bagi mereka yang sedang berinvestasi akhirat. Terlebih berinvestasi di dunia pendidikan. Seseorang dapat tercerahkan hidupnya dan terbebaskan kebodohannya, karena bekal pendidikannya.    
Wallahul A’lam …

Oleh : Nur Alam, Jum’at Penuh Berkah, 15 Muharram 1447 H./11 Juli 2025 M. Pukul 05.25 WIB.