ZAM ZAM GENERATION

Article Image

Bismillaah,

ZAM ZAM GENERATION 

Sebuah kisah inspiratif yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an adalah kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, yang dikenang dalam momentum ‘Idul Adha.  

Kisah tersebut diulang sebanyak 11 kali dalam Al-Qur’an, yang tersebar dalam beberapa Surat. Seperti dalam Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-An’am, Ibrahim, Maryam, Sad, Al-Hajj dan As-Shaffat.

Dalam Surat As-Shaffat, digambarkan sebuah peristiwa besar yang menyentuh logika dan mengguncang psikologi siapa pun yang mendengarnya. Seorang ayah yang sudah lama merindukan kehadiran seorang anak, namun setelah lahir, tumbuh  menjadi remaja, dan sangat disayangi, tiba-tiba diperintahkan untuk disembelih.

Inilah sebuah kisah yang sarat dengan nilai-nilai ketauhidan pada level tertinggi antara ayah, anak, dan Tuhan (Allah)nya. Firman Allah, "Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. 37:102).

Hal yang menarik, bahwa Ismail bukan anak kecil polos yang sekadar menuruti ayahnya. Ismail seorang remaja yang sadar, penuh keyakinan dan memilih taat bukan karena takut, tapi karena kesadaran spiritualnya. Ismail belajar taat bukan karena dihukum, tapi karena dihormati, diajak dialog, dilibatkan dalam menjalani ketaatan kepada Allah. 

Akhirnya, sang ayah, Nabi Ibrahim menjadi teladan (qudwah) dalam keikhlasan, dan sang anak, Ismail menjadi teladan (qudwah) dalam ketundukan. Karena nilai-nilai spiritual yang berhasil tidak lahir dari nasihat semata, tapi lahir dari contoh baik (best practice) yang diamati, dilihat dan diteladani oleh anak.

Maka, setiap orang tua Muslim, ketika anak-anaknya ingin tumbuh seperti Ismail, tunduk, tabah, sabar dan kuat, harus mau belajar menjadi seperti Ibrahim. Beliau mendidik anaknya dengan do’a, memberi ruang berpikir, mengajak dialog dan mengajarkan pengorbanan dengan penuh keikhlasan.

Seperti ibadah qurban, bukan hanya ritual menyembelih, tapi momen mendidik dan membangun spiritualitas anak-anak kita. Dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, kita sedang membelajarkan anak-anak kita, bahwa ketakwaan adalah warisan terbaik, dan qurban adalah wujud keikhlasan tertinggi.

Allah tidak membutuhkan qurban dalam bentuk apapun, tetapi Allah ingin melihat tingkat ketakwaan kita dalam menjalankan syariat qurban. Sehingga nilai takwa kitalah yang akan sampai kepada Allah, bukan daging dan darah qurbannya. (QS. 22:37).

Di sisi lain, dari kisah Hajar dan Ismail, telah hadir air zam-zam, yang mengingatkan kita pentingnya makna kesabaran, keteguhan, dan keyakinan. Di saat paling genting sekalipun, pertolongan Allah selalu dekat, terkadang hadir secara tak terduga. Zam-zam adalah simbol harapan, bahwa di tengah gersangnya kehidupan, selalu ada mata air berkah, yang siap menyegarkan suasana lahir dan bathin kita.

Ibnul Qayyim pernah mengisahkan keberkahan air Zam-Zam, ”Aku dan selain diriku telah megalami perkara yang ajaib ketika berobat dengan air Zam-Zam. Dengan izin Allah, aku telah sembuh dari beberapa penyakit yang menimpaku.” 

Air Zam-Zam adalah air yang paling utama di bumi, baik dari sisi syariat atau kesehatan. Dari Ibnu ‘Abbas RA., Rasulullah bersabda, “Air terbaik di seluruh muka bumi adalah air Zam-Zam.” (HR. Thabrani). Dalam kisah Isra’ dan Mi’raj, Nabi  bersabda, “Malaikat Jibril turun membelah dadaku, kemudian mencucinya dengan air Zam-Zam.” (HR. Bukhari).

Dari konteks di atas, saat ini kita sedang kebanjiran generasi digital atau zoomers, yang sangat mendominasi jumlah penduduk Indonesia. Mereka piawai dalam menggunakan berbagai jenis teknologi, kemampuan multitasking, dan cepat merespon fenomena sosial di sekitarnya.

Ketaatan dan kepatuhan yang ditunjukkan Nabi Ismail sebagai seorang anak kepada orang tuanya, harus dijadikan inspirasi bagi generasi kita dalam kondisi kekinian. Selain mereka akrab dengan dunia digitalisasi, alangkah indahnya ketika mereka juga menjadi anak-anak yang menyejukkan hati kedua orang tuanya, sesejuk air zam-zam yang memancar dan membasahi jiwa-jiwa yang sedang kehausan.    

Berawal dari ikhtiar sungguh-sungguh (Sa’i) seorang Ibu Hawa, mencari air kehidupan untuk diri dan bayinya di gurun pasir yang tandus, akhirnya hadirlah sebuah mata air yang sangat menyejukkan, yaitu Generasi Zam-Zam (Zam-Zam Generation), yang kehadirannya sangat mengispirasi dan dibutuhkan siapapun.

Simpulan
 
Generasi yang menyejukkan harus disiapkan oleh setiap orang tua Muslim, dengan cara meneladani sosok seorang Ismail muda, yang hidupnya sarat dengan nilai-nilai ketauhidan, kepatuhan, keikhlasan, kesabaran dan kejujuran. 
Wallahu A’lam …

Oleh : Nur Alam, Jum’at Penuh Berkah, 25 Dzulqa’dah 1446 H./23 Mei 2025 M. Pukul 05.25 WIB.

#smpislampbsoedirman2bekasi #sekolahislam #sekolahmodern #sekolahberkarakter #sekolahminimalis #sekolahkeren #smphits2 #smp #sekolahdigital #smpbekasi #smartschool #smptahfidz #greenschool #smpsoedirman2 #sekolahbekasi #smpbluesafir #sekolahbluesafir #smppangsoed2 #smprawalumbu #sekolahrawalumbu #smpberkualitas #sekolahberkualitas