Bismillaah,
GREAT VALUE OF SYAWAL
Hari ini, menjadi Jum’at pertama di bulan Syawal 1446 H. ini, setelah umat Islam di penjuru dunia menjalani rangkaian ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh.
Mengawali tulisan kali ini, Al-Faqir, menguraikan beberapa peristiwa penting di bawah ini.
Bassirou D. Faye, seorang presiden Sinegal yang baru dilantik pada April 2024, dalam pidato perdananya telah menguncang dunia, “Saya tidak ingin foto-foto saya ada di kantor kalian, karena saya bukan dewa, bukan pula icon, tetapi saya adalah pelayan bagi bangsa. Sebaliknya, pajanglah foto anak-anakmu, sehingga kamu akan melihatanya setiap kali hendak mengambil keputusan. Dan jika godaan untuk melakukan kejahatan seperti melakukan korupsi muncul, perhatikan baik-baik foto keluargamu. Dan tanyakan pada diri kalian sendiri, apakah mereka pantas menjadi keluarga pencuri, yang telah mengkhianati bangsa,” ucapnya penuh optimis.
Finlandia, sebuah negara di Eropa, yang mendapat label sebagai negara paling berbahagia di dunia (The happiest state of the world). Apakah label ini diberikan karena Finlandia menjadi negara paling hebat ekonominya? Negara ini tidak memiliki kekayaan alam yang melimpah, karena datarannya relatif tidak luas. Juga warga negaranya relatif tidak terlalu cerdas. Tapi semua biaya pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial warganya ditanggung sepenuhya oleh negara. Ternyata, label itu diperoleh, karena kejujuran telah merasuk ke dalam tulang sumsum para pemimpin dan rakyatnya.
Khalifah Umar bin Khattab, pernah merayu seorang penggembala domba di padang pasir untuk menjual seekor dombanya kepadanya. Si penggembala tersebut menolaknya, meski tidak dilihat oleh majikannya atau orang lain. Umar terus merayu lagi, “Bilang saja seekor dombamu diterkam srigala, kalau ditanya tuanmu.” Peggembala domba tersebut menjawab tegas dan jujur, “Fa ainallah?”. Kalau begitu di mana Allah?.
Kisah Ali bin Abi Thalib, ketika menemukan baju besinya yang hilang akan dijual oleh seseorang di pasar. Akhirnya perkara ini sampai dibawa ke pengadilan untuk membuktikan siapa pemilik yang sebenarnya. Hakim pengadilan menjatuhkan vonis, Ali harus kalah, karena tidak bisa menghadirkan dua orang saksi dari luar keluarganya. Orang yang dimenangkan hakim dalam perkara ini, benar-benar respek pada keujujuran Ali bin Abi Thalib. Kemudian dia mengembalikan baju besi tersebut kepada Ali dan memeluk Islam. Akhirnya, dia dihadiahkan baju besi tersebut oleh Ali bin Abi Thalib karena kejujurannya.
Kita sering menyaksikan di media sosial, seorang konten kreator mem-viral-kan eksperimen sosial (social experiment) -nya tentang perjalanan hidup seorang pedagang asongan, atau cleaning service atau pemulung atau orang-orang yang lewat di jalan. Di dekat mereka pura-pura dijatuhkan sebuah bungkusan atau sejumlah uang yang lumayan nilanya, kemudian ditanyakan siapa pemiliknya oleh konten kreator tadi. Tapi karena kejujurannya, mereka tidak pernah mau mengakui bahwa sejumlah uang itu miliknya, meski ada di dekatnya.
Satu lagi, ada sosok yang dujuluki ‘Mr. Clean,’ dialah Bapak Mar’i Muhammad, mantan menteri keuangan di era presiden Soeharto (1993-1998). Beliau punya peluang besar untuk hidup koruptif, tapi beliau tetap bersahaja, rumahnya sederhana, termasuk anak-anaknya semua bekerja di swasta, tidak ada yang menjadi abdi negara. Banyak gratifikasi yang dikirim ke rumahnya, semua dikembalikan kepada pemiliknya. Tidak pernah ada indikasi KKN sepanjang karirnya. Karena sangat bersih dan jujurnya, beliau dianugerahi Bintang Mahaputra Adipradana oleh presiden Soeharto ketika itu.
Dari enam peristiwa penting tersebut, kita sedang dibelajarkan Allah tentang nilai sebuah kejujuran dari para teladan di atas. Jujur menjadi salah satu pesan terpenting dari hasil didikan puasa Ramadhan bagi setiap Mukmin. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. 9:119).
Dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW., menegaskan keuntungan orang-orang jujur, “Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.” (HR. Muslim).
Hari ini, kondisi negara kita tidak sedang baik-baik saja. Karena mencari orang jujur itu sangat sulit, sesulit mencari jarum jatuh di lumbung padi. Masih ada saja mereka yang bermental culas, terlebih lagi selepas Ramadhan ini, penyakit lama kumat lagi.
Bulan Syawal menjadi bulan penentunya, apakah ibadah seorang hamba di bulan Ramadhan diterima atau ditolak. Diterima, ketika terjadi peningkatan kualitas ibadah di bulan berikutnya. Ditolak, ketika terjadi degradasi kualitas ibadah di bulan berikutnya. Salah satu nilai terpenting dari bulan Syawal (Great value of Syawal), adalah hadirnya orang-orang jujur, baik pikiran, ucapan maupun perbuatannya.
Simpulan
Berhasil atau gagalnya seseorang pasca Ramadhan, salah satunya ditentukan oleh nilai kejujurannya, baik pikiran, ucapan maupun perbuatannya.
Dan nilai-nilai inilah yang akan menghadirkan keberkahan bagi sebuah bangsa dalam sebuah negara.
Wallahul Musta’an …
Oleh : Nur Alam, Jum’at Penuh Berkah, 5 Syawwal 1446 H./4 April 2025 M. Pukul 05.20 WIB.