Bismillaah,
BEING SINCERE IN WORSHIP
Tidak terasa perjalanan ibadah Ramadhan kita hari ini hampir mencapai di pertengahan. Dalam hitungan belasan hari lagi kita akan menuju garis final.
Semakin mendekati garis final, biasanya pesertanya semakin sedikit, semakin berkurang. Karena sudah banyak yang berjatuhan di tengah jalan karena berbagai alasan.
Hanya para peserta Ramadhan yang tulus dalam beribadah (Being sincere in worship) dan mengikuti (ittiba’) tuntunan Rasulullah, yang akan diterima amal ibadahnya dan akan meraih piala kemenangan taqwa di sisi Allah.
(QS. 2:183).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa dua syarat amal yang diterima di sisi Allah, yaitu dilakukan dengan ikhlas karena Allah, dan sesuai dengan syari’at Rasululllah SAW. Jika salah satu di antara syarat amal tersebut hilang, maka tidak akan diterima di sisi Allah
(QS. 18:110).
Jadi, selain mengikuti (ittiba’) kepada tuntunan Rasulullah, maka faktor keikhlasan menjadi penentu diterimanya amal seseorang dalam beribadah. Iblis dan bala tentaranya telah berkomitmen untuk menggangu seseorang dalam beribadah sampai hari kiamat, kecuali orang-orang yang ikhlas, yang tidak mampu digodanya.
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka". (QS. 15:39-40).
Komitmen Iblis dan bala tentaranya akan menggangu dan memalingkan seseorang dari jalan Allah sampai hari kiamat tiba, apakah mereka yang mempunyai harta yang berlimpah, kedudukan yang terhormat, ilmu-ilmu syari’ah yang luas, atau ketaatan yang luar biasa. Namun, Iblis dan bala tentaranya hanya bisa bertekuk lutut di hadapan orang-orang yang ikhlas (Mukhlishin).
Dzun Nun Al-Misri, seorang master-nya kaum Sufi. Menurutnya, ada 3 ciri orang yang ikhlas. Pertama, tetap marasa sama antara dipuji dan dicaci oleh seseorang. Kedua, selalu melupakan amal kebaikannya yang pernah dikerjakan. Dan ketiga, mengharapkan balasan dari amalannya di akhirat, bukan di dunia.
Pertanyaannya, mengapa Iblis terlempar dari surga Allah? Jawabannya, karena
sombong. Siapapun yang beramal tidak dibarengi dengan keikhlasan sejatinya dia mengikuti sifat-sifat Iblis, yaitu sombong. Maka, tidak ada cara lain, seseorang yang beribadah dengan ikhlas, akan dibimbing Allah dari sifat-sifat sombong.
Berikut ini, dijelaskan empat sebab mengapa seseorang menjadi sombong.
Pertama, Ziyadatul maal, karena bertambahnya harta.
Dengan bertambahnya harta, bisa memicu sifat riya’ dan dapat menimbulkan sikap sombong, dimana seseorang merasa lebih baik dari orang lain secara tidak langsung. Sejatinya, dengan bertambahnya harta tidak menjadikan seseorang sombong, melainkan harus dijadikan washilah untuk berbuat baik dan membantu kepada sesama.
Kedua, Ziyadatul manshib, karena bertambahnya kedudukan.
Dengan bertambahnya kedudukan, mungkin dia merasa lebih unggul atau lebih berkuasa dari orang lain setelah mencapai sukses dalam karir dan kedudukannya. Keberhasilan dalam karir atau prestasi tidak seharusnya menciptakan kesombongan, Sejatinya, menjadi peluang baginya untuk berkontribusi positif dan memudahkan urusan orang lain, bukan sebaliknya.
Ketiga, Ziyadatul ilmi, karena bertambahnya ilmu.
Bertambahnya ilmu pada dasarnya adalah hal yang positif. Namun, jika tidak dibarengi dengan sikap rendah hati, maka bisa membuat seseorang menjadi sombong. Hati-hati orang yang sudah rajin belajar dan sudah berpengetahuan sering keliru. Dia menganggap dirinya lebih unggul dan yang belum belajar itu berada di bawahnya. Na’udzu billah, menganggap diri paling hebat itu sangat sesat dan menyesatkan.
Keempat, Ziyadatut tha’ah, karena bertambahnya ketaatan.
Seseorang yang mengalami bertambahnya ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, cenderung lebih baik dalam melaksanakan kewajiban agamanya. Namun, dalam beberapa kasus, seseorang bisa menjadi sombong karena merasa lebih baik, lebih taat atau lebih shaleh dibandingkan orang lain.
Rasulullah SAW., sangat menyukai orang tawadhu, seperti dalam sabdanya, “Barang siapa tawadhu (bersikap rendah diri) kepada Allah, niscaya Allah akan mengangkatnya satu derajat, dan barang siapa bersikap sombong kepada Allah satu derajat, Allah akan merendahkan satu derajat hingga derajat yang paling hina.” (HR. Ibnu Majah).
Simpulan
Untuk meraih prestasi taqwa di bulan Ramadhan ini, jangan pernah tergoda dengan perangkap Iblis dan bala tentaranya.
Jadikan mereka bertekuk lutut, dengan bekal ikhlas karena Allah dan mengikuti (ittiba') tuntunan Rasulullah SAW. dalam setiap beribadah.
Fastabiqul khairat …
Oleh : Nur Alam, Jum’at Penuh Berkah, 14 Ramadhan 1446 H./14 Maret 2025 M. Pukul 04.20 WIB.