Bismillaah,
THE IMPORTANCE OF EMPATHY
Pada pekan pertama ketika umat Islam sedang menjalani ibadah shaum Ramadhan 1446 H., Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan ujian banjir.
Akibat badai angin dan hujan deras yang mengguyur wilayah Jabodetabek dan sekitarnya dalam beberapa hari, menjadikan beberapa wilayah dikepung banjir. Mulai Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi. Banjir yang mengepung pemukiman ini telah melumpuhkan seluruh aktivitas warga dalam kesehariannya.
Jabodetabek, kini berada di garis depan krisis iklim. Peringatan dini dari BMKG seharusnya menjadi sinyal bagi pemerintah daerah untuk melakukan respon cepat mitigasi bencana, terutama di tengah peningkatan frekuensi cuaca ekstrim akibat krisis iklim saat ini. Dengan begitu, pemerintah daerah bisa meminimalisasi jumlah korban, dampak sosial dan kerugian ekonomi yang harus ditanggung warga.
Apapun ujiannya, sebagai Mukmin harus tetap bersabar dan bersyukur atas ketetapan-Nya, “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. 57:22).
Memang luar biasa, seperti dalam mengahadapi ujian banjir ini seorang Mukmin harus tetap bersabar dan bersyukur. Hal ini tidak ditemukan pada orang-orang Kafir maupun Munafik. Luar biasanya adalah ketika diberi kenikmatan dia bersyukur dan sebaliknya, ketika ditimpa musibah, dia bersabar. Semua urusan orang Mukmin selalu baik.
Dari Shuhaib, Rasulullah bersabda, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang Mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.”
(HR. Muslim).
Atas ujian Allah berupa bencana banjir saat Ramadhan ini, menjadi momentum bagi kita untuk menyadari pentingnya berempati (The importance of empathy) kepada sesama. Ibadah shaum selama sebulan penuh harus menyegarkan kembali arti kemanusiaan kita. Dengan menahan lapar, dahaga dan syahwat biologis, menjadikan kita mampu berempati pada penderitaan sesama.
Rasa empati seperti inilah yang menjadi watak Islam yang harus dijunjung tinggi, digelorakan dan disebarkan, di tengah kehidupan manusia yang nafsi-nafsi saat ini. Watak Islam sejatinya inklusif dan universal, yaitu terbuka kepada semua umat manusia, memberikan kenyamanan dan menjadi spirit bagi semua orang untuk mendapatkan empati dari keberislaman kita.
Sebagai bentuk empati yang bisa diberikan dalam ujian banjir ini, bisa membuka dapur umum, menyiapkan makanan ta’jil untuk ifthar dan makan sahur, membantu berbagai kebutuhan hidup seperti sembako, pakaian, obat-obatan, uang, tempat tinggal dan bentuk donasi lainnya, atau mengevakuasi para korban ke tempat yang lebih aman.
Seperti aksi nyata para Relawan MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) Kota Bekasi, sebuah Lembaga Resiliansi Bencana Muhammadiyah, pada hari Selasa (4/3/2025), telah berhasil mengevakuasi warga yang terdampak banjir di Kecamatan Jatiasih dan lokasi lainnya di Jabodetabek.
Kemudian, sebagai seorang Mukmin yang sedang menjalani ibadah Ramadhan, bagaimana kita menyikapi ujian Allah, terutama bencana banjir yang barusan terjadi?
Pertama, sabar, karena sikap sabar ini merupakan kunci dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. Kedua, semakin bertambah keimanan, sebab iman adalah pondasi hidup seorang Muslim. Ketiga, dzikir kepada Allah. Setiap mengingat Allah, maka seorang hamba akan dilapangkan dadanya, bahkan lebih lapang dari dunia dan seluruh yang ada di dalamnya.
Keempat, ridha dan berkhusnudzan atas ketetapan Allah. Kelima, introspeksi diri, bahwa ketika ujian itu ada, maka seseorang bisa menjadi mulia atau hina. Maka, hal ini menjadi cara kita untuk bermuhasabah atas seluruh amal ibadah yang kita lakukan selama ini. Dan keenam, berikhtiar mencari solusi. Setiap masalah pasti ada solusinya. Seringkali kita tidak mencari solusi tetapi justru mempermasalahkan masalah itu sendiri.
Atas enam sikap di atas, lebih tegas lagi Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya, maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya,”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Simpulan
Salah satu sikap terpuji yang harus hadir dari hasil didikan ibadah Ramadhan adalah sikap berempati dan peduli terhadap kesusahan orang lain.
Bahkan, jangan pernah mengaku sebagai seorang Mukmin, sebelum kita menyayangi saudara-sauadara kita seperti kita menyayangi diri sendiri.
Wallahul Musta’an …
Oleh : Nur Alam, Jum’at Penuh Berkah, 7 Ramadhan 1446 H./7 Maret 2025 M. Pukul 04.20 WIB.