Bismillaah,
A SACRAL FIGURE
Sosok manusia paling sakral selain seorang ayah, adalah sosok ibu kita sendiri. Hal tersebut banyak disinggung oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya.
Dialah ibu kita, sosok yang luar biasa (A sacral figure) di dunia ini. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. mengulang jawabannya sampai tiga kali ketika ditanya oleh seorang sahabat tentang siapa sosok yang paling sakral dan berhak untuk diperlakukan dengan baik (HR. Bukhari-Muslim).
Mengapa sampai tiga kali? Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan alasannya, bahwa kasih sayang pada seorang ibu harus tiga kali lipat dibandingkan pada seorang ayah. Hal tersebut sebanding dengan tiga kesulitan yang dialami seorang ibu, yaitu masa kehamilan, melahirkan dan menyusui serta merawat anak-anaknya.
Begitu mulianya sosok Ibu Bapak kita, sampai Allah berpesan, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih dua tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali”. (QS. 31:15).
Kisah di zaman Rasulullah SAW., ada seorang sahabat yang bernama Alqamah. Beliau rajin shalat, rajin puasa, dan banyak bersedekah. Ketika menjelang wafat, beliau tidak bisa mengucapkan kalimat 'Laa Ilaha Illallah,' meski sudah dibimbing berulang-ulang oleh para sahabat Rasulullah.
Mengapa demikian? Setelah dicari penyebabnya, ternyata ibu Alqamah pernah marah dan sangat tersinggung karena tidak dipedulikan oleh Alqamah. Meski Rasulullah SAW. sudah meminta ibunya untuk memaafkannya, sang Ibu tidak mau memaafkan. Sampai akhirnya Rasulullah SAW. mengancam akan membakar Alqamah untuk mempercepat kematian dan menghilangkan penderitaannya.
Kisah lain, seorang laki-laki bernama Kilab bin Umayyah bin Askar. Dia memiliki ayah dan ibu yang sudah tua, bahkan buta. Dia selalu menyiapkan susu untuk keduanya tiap pagi dan petang hari. Karena ingin ikut berjuang di jalan Allah, Kilab membeli seorang hamba sahaya untuk menggantikannya mengurus keperluan hidup kedua orang tuanya.
Karena khidmat seorang hamba sahaya berbeda dengan seorang Kilab, maka kedua orang tua Kilab melapor kepada khlaifah Umar bin Khattab. Sang khalifah meminta Kilab untuk pulang dari berjihad dan hanya mengurus kedua orang tuanya yang sudah renta.
Kemudian Umar memerintahkan Kilab memerah susu unta untuk bapaknya seperti yang biasa dia lakukan. Umar menyodorkan gelas susu itu kepada bapak Kilab sambil berkata, “Minumlah ini, wahai bapak Kilab.” Ketika bapak Kilab mendekatkan gelas ke mulutnya, dia berkata, “Demi Allah, aku mencium bau kedua tangan Kilab.”
Umar menjawab, “Ini Kilab, dia ada di sini. Kami yang menyuruhnya pulang.” Bapak Kilab menangis dan Umar bersama orang-orang yang hadir juga menangis. Mereka berkata, “Wahai Kilab, temani kedua orang tuamu.” Maka Kilab tidak pernah lagi meninggalkan mereka sampai wafat.
Dari dua kisah di atas, ada pelajaran mahal yang harus dipetik. Ada kisah seorang Alqamah, dan kisah seorang Kilab. Silahkan Antum mau teladani yang mana?
Al-Qur’an mengabadikan beberapa sosok ibu yang mulia. Pertama, Hawa, istri Nabi Adam. Dikenal sebagai ibu para manusia, diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam (QS. 4:1). Kedua, Sarah, dikenal karena kesabarannya menanti keturunan hingga usia tua. Allah SWT. mengabulkan do’anya dengan seorang putra, Nabi Ishaq (QS. 11:71). Ketiga, Hajar, sosok ibu penuh pengorbanan yang menemukan air zam-zam di Makkah. Kisahnya diabadikan dalam ritual Sa'i (QS. 14:37).
Keempat, Asiyah, istri Firaun yang dikenal karena imannya kepada Allah, meski hidup di lingkungan yang penuh kekufuran. Ia menjadi ibu angkat Nabi Musa (QS. 28:9). Dan kelima, Maryam, satu-satunya wanita yang namanya disebutkan langsung dalam Al-Qur'an dan menjadi nama surah Maryam. Kesucian dan ketaatannya kepada Allah membuatnya dipilih untuk melahirkan Nabi Isa (QS. 3:42).
Meski ibu-ibu kita tidak diabadikan dalam Al-Qur’an, dari tangan mereka, sejak sebelum lahir sampai hari ini, kita dirawat, dibesarkan, diperhatikan, disayangi, dididik, dibahagiakan dan dido’akan, tanpa mengharap balasan.
Waktu, tenaga, pikiran, biaya, keringat, tetesan air mata bahkan darah mereka curahkan sepenuhnya hanya untuk belahan jiwanya, anak-anak yang qurrata a’yunin, menjadi penyejuk hatinya.
Simpulan
Ibu kita, sosok yang sakral, pengorbanannya tak terbatas, mengorbankan kenyamanan dan kebahagiaan hidupnya hanya untuk anak-anaknya.
Di balik senyuman tulusnya, tersimpan do’a-do’a mustajabah untuk anak-anaknya.
Wallahul Musta'an …
Oleh : Nur Alam, Jum’at Penuh Berkah, 19 Jumadil Akhir 1446 H./20 Desember 2024 M. Pukul 04.55 WIB.