BETWEEN BIRTH AND DEATH

Article Image

Bismillaah,

BETWEEN BIRTH AND DEATH

Di antara huruf B dan huruf D, ada huruf C. Artinya, antara kelahiran dan kematian (Between Birth and Death), itu ada kesempatan atau peluang (Chance).

Dan Allah memberikan kita kesempatan atau peluang untuk berpikir, belajar, bekerja, berusaha, berikhtiar, berkolaborasi, berinteraksi, mencoba dan melakukan apapun. Hasilnya, ada yang berhasil, ada pula yang belum berhasil, bahkan ada yang gagal.

Karena memang tugas manusia hanya berusaha atau berikhtiar sesuai kompetensinya. Hal tersebut ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. 53:39).

Seorang Bill Gates pernah berucap, “Jangan miskin, kalau kamu lahir miskin, bukan salahmu, karena kamu tidak bisa melawan takdir. Tapi kalau kamu meninggal dalam keadaan miskin, itu ada salahmu. Kenapa? Karena di antara hidup dan mati, itu ada kesempatan. Dengannya kamu bisa merubah nasibmu lebih baik lagi.”

Jadi, yang membedakan orang yang berhasil dan gagal, adalah dalam hal memanfaatkan kesempatan atau peluang (chance). Rasulullah SAW., pernah berpesan tentang hal ini, seandainya besok hari Sabtu adalah hari kiamat, dan hari ini, hari Jum’at di tangganmu ada sebuah biji. Tanamlah biji tersebut hari ini juga.

Tidak semua orang sukses dalam berbagai profesinya terlahir dari keluarga kaya atau terdidik. Mereka menjadi orang-orang sekses, karena kerja keras dan sungguh-sungguh dengan mencucurkan keringat, darah dan air matanya selama bertahun-tahun, akhirnya berhasil keluar dari kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan menjadi orang sukses. (QS. 29:69). 

Lebih tegas lagi, bahwa tujuan Allah menciptakan manusia, bahkan jin, tidak lain hanya untuk beribadah kepada-Nya, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. 51:56).
        
Lewat ayat di atas, tersimpan pesan moral yang bermakna, bahwa dalam memanfaatkan kesempatan atau peluang yang diberikan Allah, sejak manusia dilahirkan sampai akan diwafatkan, yang diniatkan karena Allah, semuanya bernilai ibadah kepada Allah. Baik itu ibadah mahdhah, mapun ghairu mahdhah.  

Menurut Ibnu Taimiyyah, “Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup semua yang Allah cintai dan Allah ridhai, baik ucapan atau perbuatan, yang lahir (tampak, bisa dilihat) maupun yang bathin (tidak tampak, tidak bisa dilihat).

Dalam memanfaatkan kesempatan atau peluang yang bernilai ibadah, Imam Syafi’i pernah menyampaikan, “Aku pernah bersama seorang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memanfatkannya, maka dia akan memotongmu. Dan kedua, jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal baik (haq), pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (bathil).”

Demikian juga Ibnul Qayyim, pernah berkata, “Menyia-nyiakan kesempatan lebih berbahaya dari kematian. Karena menyia-nyiakannya akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanya memisahkanmu dari dunia dan penduduknya.”

Para sahabat Rasulullah SAW., adalah orang-orang yang sangat cerdas memanfaatkan kesempatan atau peluang dalam hidupnya. Belajar dari kehidupan mereka, tidak ada kesempatan lain, selain berlomba-lomba dalam meraih kebaikan di mana dan kapanpun bumi kita pijak. (QS. 2:148).

Seperti dari Abu Bakar Siddiq, kita belajar tentang integritas dan kepemimpinan. Dari Umar bin Khattab, kita belajar tentang keberanian dan keadilan. Dari Utsman bin Affan, kita belajar tentang dermawan dan kesetiaan. Dari Ali bin Abi Tahlib, kita belajar tentang kecerdasan dan ketulusan, Dan dari Aisyah RA., kita belajar tentang ilmu pengetahuan dan kegigihan. 

Meminjam sebuah petuah dari Buya Syafi’i Maarif, “Jangan hanya menjadi ombak yang berisik di tepi pantai. Tapi, jadilah air bah yang ganas di tengah lautan lepas.” 

Maknanya, dengan kesempatan yang kita miliki, jangan hanya berteriak-teriak saja, tapi tidak membawa perubahan. Karenanya, jangan hanya bermain di pantai yang dangkal. Kita harus berani bertarung di tengah lautan lepas, dan menjadi air bah yang dahsyat  untuk memenangkan kompetisi hidup duniawi dan ukhrawi. 

Simpulan

Saatnya, jangan hanya menjadi penonton di pinggiran arena. Dengan kesempatan hidup ini, kita harus berlomba untuk meraih kebaikan dan berproses menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Fastabiqul Khairat …

Oleh : Nur Alam, Jum’at Penuh Berkah, 12 Jumadil Akhir 1446 H./13 Desember 2024 M. Pukul 04.50 WIB.