CONFLICT OF INTEREST

Article Image

Bismillaah,

CONFLICT OF INTEREST

Ujian terberat kita hari ini, bukan sulitnya mencari pekerjaan atau melangitnya kebutuhan sehari-hari, tapi betapa sulitnya mencari sosok pemimpin teladan.

Pernah dengar jokes dari seorang Gus Dur? Kata beliau, “Hanya ada tiga polisi yang jujur di Indonesia, yaitu eks Kapolri pak Hoegeng, patung polisi dan polisi tidur.” Akhirnya, nama pak Jenderal Hoegeng dikenal sebagai polisi teladan sepanjang sejarah. 

Kisah pak Hoegeng diangkat menjadi Kepala Jawatan Imigrasi (1960), beliau meminta isterinya untuk menutup toko bunga miliknya yang berlokasi di Cikini. Beliau khawatir, nanti banyak orang yang membeli bunga karena jabatannya, dan ini tidak adil untuk toko-toko bunga lainnya.         

Kemudian kisah perang Uhud, yang terjadi pada tahun ke-3 hijrah. Di awal perang, kaum Muslimin sudah sempat menang padahal jumlah pasukan musuh tidak sebanding. Strateginya, Rasulullah menempatkan 150 pasukan ahli pemanah di atas bukit untuk melindungi pasukan yang berada di bawah bukit. 

Instruksi beliau kepada pasukan pemanah, jangan pernah berpindah dari posisi semula dalam kondisi apapun. Tapi, instruksi beliau dilanggar, mereka berbondong-bondong turun dari bukit dan berebut harta rampasan perang.

Atas peristiwa kekalahan tersebut, Rasulullah memaafkan dan tetap berlemah lembut kepada mereka, seperti firman Allah, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” 
(QS. 3:159).  

Belajar dari dua kisah di atas, ada pesan moral dan nilai universal yang bisa dipetik, yaitu tentang keteladanan. Menjadi teladan karena berani meninggalkan kepentingan individu untuk kepentingan yang lebih besar lagi maslahat. Konflik kepentingan (Conflict of interest) tidak ada kamusnya untuk sosok para pemimpin teladan.     

Untuk menjadi sosok pemimpin teladan, harus berani meninggalkan kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, partai atau oligarkinya. Seperti dicontohkan Rasulullah, “Demi Allah, yang menguasai nyawaku, andaikan putriku sendiri Fatimah binti Muhammad mencuri, sungguh akan ku potong tangannya.” (HR. Muslim).

Negeri kita saat ini sedang diuji oleh fenomena konflik kepentingan yang semakin meluas dan lumrah ditemukan dalam keseharian kita. Salah satu contoh konflik kepentingan adalah praktik nepotisme di berbagai birokrasi pemerintahan dan swasta.

Belum lama ini, Nawawi Pomolango, seorang Ketua KPK Republik Indonesia pernah membacakan bait-bait pantun yang pesannya sangat menohok. Demikan bunyinya, “Si anak jualan pisang, si Bapak pengusaha kursi. Jangan naik pesawat terbang, kalau tiketnya hasil gratifikasi.”

Dalam diri manusia terdapat dua potensi yang tarik menarik, yaitu fujuraha dan taqwaha. Potensi konflik kepentingan (fujur) itu akan muncul ketika taqwa terabaikan. Maka, siapapun yang memiliki konflik kepentingan, mereka dapat dipastikan bukan orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah.

Dan semua konflik yang terjadi pada umat-umat terdahulu ditampilkan Allah dalam bentuk kisah-kisah, yang tujuannya untuk dijadikan ‘ibrah dan i’tibar (pelajaran) terbaik dalam hidup kita. Karena konflik itu akan selalu ada selama seseorang masih mengabaikan potensi taqwa -nya dan mengedepankan sifat-sifat fujur -nya (QS. 40:8). 

Berikut nasehat sejuk dari Umar bin Khattab RA., terkait konflik kepentingan, “Aku tidak pernah takut sesuatu yang hilang dariku, karena aku tahu kalau bukan takdirku, tidak pernah akan menjadi milikku. Aku pun tidak gelisah dengan sesuatu yang aku miliki kemudian aku kehilangannya, karena aku tahu sesuatu yang bukan jadi milikku bagaimanapun tidak pernah akan menjadi milikku.” 

Selanjutnya, “Begitu sebaliknya, aku tidak pernah risau dengan apa yang belum aku dapatkan saat ini, karena aku yakin kalau itu semua akan aku miliki, maka akan datang dengan cara apapun. Ikhlaskan dan relakan saja, kalau bukan punya kita, maka akan pergi. Dan kalau tetap punya kita, maka pasti akan datang.”

Untuk menjauhkan diri dari konflik kepentingan ini, ada pesan indah dari Rasulullah SAW., dalam sabdanya, “Di antara tanda dari baiknya keislaman seseorang adalah dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi).     

Simpulan

Siapapun pemimpinnya, selamanya tidak pernah akan manjadi sosok teladan bagi orang yang dipimpinnya, ketika konflik kepentingan masih melekat kuat dalam dirinya. 
Wallahul Musta’an …
-
Oleh : Nur Alam, Jum’at Penuh Berkah, 1 Rabi’ul Akhir 1446 H./4 Oktober 2024 M. Pukul 05.10 WIB.