FEAR OF MISSING OUT

Article Image

Bismillaah,

FEAR OF MISSING OUT

Oleh : Nur Alam

Kehadiran media sosial di era industri 4.0 memunculkan banyak dampak. Baik dampak positif atau negatif. Fear of missing out adalah salah satu dampak negatifnya. 

Fear of missing out atau yang akrab disebut Fomo, dimaknai sebagai sebuah perasaan takut, cemas, atau khawatir dalam diri seseorang karena tertinggal oleh sesuatu yang baru, seperti berita, mode, trend dan lainnya.

Jadi, Fear of Missing out adalah istilah bagi seseorang yang berada dalam kondisi perasaan takut, cemas dan khawatir ketika tertinggal oleh aktivitas, kegiatan, berita, informasi, mode, atau barang-barang kekinian.

Mereka sangat takut ketika dicap ketinggalan zaman dan kurang gaul (Out of date). Sehingga mereka akan bersusah payah dengan berbagai cara untuk dapat melakukan aktivitas kekinian, tanpa mempertimbangkan aspek kebutuhan dan kebermanfaatannya.

Seseorang yang terjangkiti Fomo, akan memantau semua kegiatan yang orang lain lakukan secara terus menerus via media sosial (facebook, instagram, youtube). Hal ini menjadikan dirinya sibuk untuk hal-hal kurang produktif, di samping menyia-nyiakan waktu, energi dan pikiran saja (QS. 17:27). 

Fenomena Fomo ini juga sudah terjadi sejak dulu. Seperti munculnya sifat hasad (iri hati), ketika seseorang tidak mampu mengikuti atau memiliki sesuatu yang orang lain miliki. Firman Allah, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain” (Q.S. 4:32). 

Mengapa Islam melarang keras perilaku Fomo ini? Pertama, kurang bersyukur, diri ini hanya akan dikuasai dengan rasa insecure dan lupa untuk bersyukur (QS. 2:152). Kedua, gaya hidup boros, hal ini menyebabkan perilaku hedon dan gaya hidup konsumtif (QS. 17:27).

Ketiga, rentan terkena penyakit hati, seperti sombong, hasad, iri dengki, ghibah, namimah, dan berkomentar yang tidak pantas (QS. 15:88). Dan keempat, lalai terhadap waktu, yaitu melupakan ibadah, tugas dan hal penting lainnya (QS. 103:1-3). 

Salah satu Fomo yang sangat berbahaya adalah ketika seseorang nimbrung dalam sebuah obrolan yang membicarakan aib saudaranya. Rasulullah SAW. berpesan, “Sesungguhnya di antara ciri sempurnanya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi).

Menurut Imam Ghazali, “Perkataan yang tidak bermanfaat adalah perkataan yang apabila tidak disampaikan, akan menyelamatkan kita dari dosa dan kemudharatan.” Dan Ibnu Rajab pernah mengatakan, “Apa-apa yang tidak bermanfaat, meliputi perkataan dan perbuatan yang tidak memunculkan manfaat bagi seorang Muslim.”

Syekh Al-Utsaimin menasehati kita, “Seseorang tidak diperkenankan untuk hadir di majelis-majelis yang di dalamnya terdapat ghibah dan namimah. Kecuali jika ia bermaksud mencegah mereka melakukan hal tersebut, maka ia boleh menghadirinya untuk melarang mereka dari perbuatan munkar.”

Maka, ketika penyakit Fomo ini menghinggapi kita, ingat nasehat Rasulullah, "Tidaklah seorang Muslim ditimpa suatu kelelahan, penyakit, kehawatiran, kesedihan atau gangguan, bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Seseorang yang terindikasi Fomo akan mengalami berbagai kecemasan dan kegelisahan, seperti merasa rendah diri, gangguan kecemasan sosial, depresi, merasa kesepian, bertingkah irasional, gangguan tidur, hilang nafsu makan dan hubungan dengan lingkungan sekitar tidak baik.

Untuk menghindari perilaku Fomo, ada beberapa ikhtiar yang bisa dilakukan. 
Pertama, muhasabah diri sendiri, dengan menyediakan waktu khusus, seperti ba’da shalat. Usahakan fokus saja pada diri sendiri tentang apa yang bisa diperbuat untuk hari ini dan hari esok (QS. 59:18).

Kedua, merasa cukup (qana’ah) dan puas diri dengan apa yang diberikan Allah, dengan cara mengedepankan kebutuhan daripada keinginan (QS. 9:59). Dan ketiga, selalu bersyukur dengan apa yang didapatkan hari ini. Dan tidak perlu berlomba-lomba untuk mencapai standar yang dimiliki orang lain 
(QS. 31:12).

Simpulan 

Jangan pernah takut ketinggalan aktivitas, berita, informasi atau barang-barang kekinian. Tapi takutlah ketika ditinggal Allah.

Hanya dengan takut kepada Allah, kita tidak pernah merasa kehilangan apapun dalam hidup ini, karena kita tidak kehilangan Allah. 
Wallahu Ma’anaa …..
-
Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 17 Syawwal 1445 H./26 April 2024 M. Pukul 05.20 WIB.