Bismillaah,
WE ONLY LIVE ONCE
Hiduplah yang bermakna dan bermanfaat bagi banyak orang dan makhluk lainnya. Karena, kita hanya hidup sekali (We only live once) di dunia fana ini.
Selanjutnya kita akan dihidupkan kembali di akhirat nanti. Untuk apa? Untuk menghadap Allah, untuk dihisab, untuk dimintai pertanggungjawaban dan untuk mendapatkan balasan atas amal-amal kita selama hidup di dunia.
Ketika hidup ini hanya sibuk mengurus dunia dan segala perhiasannya, tentu tak kan ada habisnya. Karena dunia ibarat air laut, semakin diteguk semakin bertambah dahaga. Dan hidup ini bukan sekadar meraih cita-cita dunia, tapi yang terpenting meraih cita-cita untuk akhirat (QS. 6:32).
Pesan Ibnu Rajab, “Wajib bagi setiap Muslim untuk bersegera beramal shalih sebelum dia terhalang melakukannya. Bisa terhalang karena sakit, meninggal dunia atau hal-hal lain yang membuat amalnya sudah tidak diterima lagi.” Maka, dunia harus dijadikan ladang untuk beramal shalih, hasilnya akan dipetik di akhirat kelak (QS. 93:4).
Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas, bahwa aktivitas manusia yang orentasinya akhirat itu lebih baik daripada amal yang orentasinya hanya untuk dunia saja. Amalan yang hanya berorientasi dunia akan selesai ketika sudah wafat. Dan sebaliknya, akan membahagiakannya di akhirat.
Di sisi lain, sesungguhnya hidup yang singkat ini tidak lebih dari 3 hari, yaitu hari kemarin, hari ini dan hari esok. Pertama hari kemarin adalah masa lampau yang telah kita lalui. Satu hal yang tidak dapat kita lakukan adalah kembali pada masa lalu yang telah terjadi.
Kedua, hari ini, di mana pintu masa lalu sudah ditutup dan pintu masa depan belum dibuka. Satu hal yang pasti adalah hari ini kita masih dapat mengerjakan banyak kebaikan, karena hari ini adalah kesempatan yang ada di genggaman kita. Dan ketiga, hari esok, di mana kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dan belum tentu masih hidup di hari esok.
Ada sebuah narasi yang menyesatkan, ”Masa muda foya-foya, masa tua kaya raya, mati masuk surga”. Mengapa sesat? Pertama, hidup berfoya-foya dalam Islam sangat dilarang keras, karena termasuk boros (tabzir) dan perbuatan syetan (QS. 17:26-27).
Kedua, hidup kaya raya, Islam tidak pernah melarang. Tapi harus dipertanggungjawabkan, dengan cara apa harta itu diperoleh? Untuk apa dibelanjakan? Dan sudahkah dikeluarkan zakat dan infaqnya? Ketiga, untuk masuk surga ada persyaratannya. Seperti berat manakah timbangan amal kebaikan dibandingkan dengan timbangan perbuatan dosanya?
Ingatkah ketika Ibnu Mas’ud RA., menceritakan bahwa Rasulullah tidur di atas tikar, ketika bangun ada bekasnya. “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kami sediakan kasur untukmu,” tanyanya. Rasululah menjawab, “Untuk apa (kesenangan) dunia itu? Hidup saya di dunia seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon sejenak, kemudian pergi dan meninggalkannya” (HR. Tirmidzi).
Kemudian, As-Sa’di menjelaskan, bahwa permisalan kehidupan dunia ini bagaikan hujan yang turun ke bumi, membuat subur tumbuhan, berbunga, berbuah dan membuat orang-orang senang melihatnya. Ketika mereka lalai dengan keindahannya, tiba-tiba tumbuhan itu kering dan mati, yang tersisa hanya tanah yang kering (QS. 18:45).
Itulah para penghamba dunia, mereka menumpuk-numpuk harta benda, memetik kelezatan dunia dan menceburkan diri dalam syahwat duniawi. Mereka mengira bahwa dirinya akan tetap terus seperti itu, tiba-tiba kematian menjemput atau hartanya lenyap. Maka, pergilah semua kesenangan dan lenyaplah kelezatan. Tinggallah mereka bersama amal-amal buruknya di akhirat.
Sekali lagi, karena kita hanya hidup sekali, Rasulullah sangat mengkhawatirkan umatnya akan mengalami semua ini. Sehingga beliau menasehati kita untuk berdo’a setiap shalat dengan do’a yang artinya seperti di bawah ini,
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab jahanam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, serta dari keburukan Dajjal.”
Simpulan
Hidup yang hanya sekali ini, haruslah menjadi hidup yang bermakna dan bermanfaat untuk banyak orang dan makhluk Allah lainnya.
Ketika kita melihat orang-orang unggul dalam urusan dunianya, maka unggulillah mereka dalam urusan akhirat. Karena setelah kematian nanti, negeri akhirat adalah nyata dan dunia ini tinggal cerita.
Wallahu A’lam …..
Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 16 Jumadil Akhir 1445 H./29 Desember 2023 M. Pukul 04.55 WIB.