Bismillah,
MONEY AND POWER
Uang dan Kekuasaan (Money and Power), menjadi dua syahwat duniawi yang sangat menggiurkan siapapun, sehingga manusia ‘berebut’ untuk meraihnya.
Untuk merebut kedua syahwat duniawi tersebut, manusia cenderung menghalalkan segala cara. Rasulullah mengingatkan, “Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah gerombolan kambing lebih merusak daripada rusaknya seseorang terhadap agamanya, karena ambisinya untuk mendapatkan uang (harta) dan kekuasaan” (HR. Tirmidzi).
Ketika Pilpres 2019, Sandiaga Uno berpasangan dengan Prabowo Subianto, sudah mengeluarkan dari kocek pribadinya lebih dari 1 triliyun, di luar ‘saweran’ dari para pemodal pengusungnya. Ini bukti dekatnya hubungan antara uang dan kekuasaan.
Seperti dalam dunia gaul ada istilah ‘No Free Lunch’, tidak ada makan siang gratis. Apatah lagi untuk menduduki sebuah jabatan, harus ‘membeli’ kekuasaan dengan uang yang sangat fantastis jumlahnya. Ini realita di masyakat hari ini.
Sebuah fakta dalam masyarakat kapitalis, semua bentuk interaksi manusia, baik politik, ekonomi, hukum, sosial, pergaulan, dan lain-lain, siapa pun yang memiliki banyak uang, berpeluang memiliki kekuasaan, bahkan mengendalikan tata kelola pemerintahan yang sedang berjalan di sebuah negara. Jelas, Money is power.
Merekalah yang mengontrol para politisi, bukan sekadar mitra dalam berbagai proyek, tetapi juga dalam membuat rancangan Undang-Undang yang menguntungkan pemilik modal. Wajar jika kepentingan rakyat berada di deret terakhir prioritas para politisi. Ini juga realita di masyarakat hari ini.
Uang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya membutuhkan uang. Demikian filosofi hidup yang merasuki sebagain besar politisi kita. Bagi mereka, uang bukan hanya menjadi alat tukar saja, tetapi uang juga mampu mengontrol totalitas kehidupan manusia dalam segala ruang dan waktu.
Uang dan kekuasaan ibarat dua mata uang, yang tak terpisahkan dan saling menopang satu sama lain. Politik membutuhkan uang untuk mengkatrol kemenangan, sementara uang membutuhkan politik sebagai kendaraan untuk memperoleh keuntungan. Setidaknya modal bisa kembali lebih.
Dalam Islam, politik atau siyasah bermakna ‘mengurus’. Politik Islam itu sangat mulia, karena berdiri tegak di atas ‘aqidah yang lurus, yaitu untuk ‘mengurus urusan umat’. Berpolitik dalam Islam hakikatnya adalah mengurus urusan rakyat, bukan sebaliknya. Inilah sejatinya spirit hadirnya sebuah partai politik dalam Islam.
Politik yang memiliki spirit keimanan dengan sendirinya akan mereduksi hadirnya segelintir orang yang memiliki kepentingan pribadi atau golongannya. Mereka harus benar-benar mengabdi untuk rakyat (khidmatul ummah), karena pertanggung jawaban amanah mengurus rakyat ini langsung kepada Sang Khalik (QS. 8:27).
Menurut Al-Qur’an, kekuasaan itu amanah bukan pilihan. Maka, makna taklif menjadi sangat penting dalam memahami sebuah amanah ini. Sebagai seorang pemimpin yang mukallaf, sesungguhnya dia memiliki beban amanah yang harus ditunaikan, bukan dikhianati apalagi sampai melukai hati rakyat yang memilihnya (QS. 4:58).
Keserakahan terhadap kekuasaan duniawi akan menjadi penyesalan panjang di hari kiamat, apalagi cara-cara memperolehnya banyak menyelisihi syariat Allah. Rasulullah tegas mengingatkan, “Sesungguhnya kalian akan begitu serakah pada kekuasaan, dan kelak kalian akan menyesal di hari kiamat.” (HR. Bukhari).
Akibatnya hari ini, bangsa ini hanya sibuk mengurus koruptor, pencuri, penyuap, dan pat gulipat lainnya. Di negara yang agraris ini, hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan seperti daging, kedelai, beras, bawang, ketela, bahkan garam saja harus mengimpor. Saatnya, dibutuhkan pemimpin yang ‘kuat’ untuk membangun bangsa besar ini hidup berkeadaban dan berkemajuan.
(QS. 13:11).
Betapa besar tanggung jawab yang dipikul di dunia dan akhirat sebab suatu amanah kekuasaan ini. Karena zhalim dan bodohnya, manusia menerimanya, sebaliknya langit, bumi dan gunung menolak untuk mengemban amanat besar ini lebih dahulu.
(QS. 33:72).
Maka hati-hatilah, tidak semua kekuasaan bisa diperoleh dengan uang. Karena, "Uang bisa menjadi pelayan yang baik, bisa pula menjadi raja yang jahat." Mari kita jalani saja hidup ini tanpa diperbudak oleh uang dan kekuasaan yang sesaat.
Simpulan
Uang (harta) yang dianugerahkan Allah harus dijadikan washilah untuk mendekatkan diri ini kepada-Nya, dengan cara dibelanjakan (infaq, shadaqah, jariyah, wakaf) di jalan-Nya.
Kekuasaan yang dititipkan Allah harus dijadikan washilah untuk melayani umat (khidmatul ummah), dengan cara ditunaikan amanah tersebut sesuai syariat-Nya.
Fastabiqul khairat …
Jum’at Penuh Berkah, Kranggan Permai, 27 Rabi’ul Awwal 1445 H./13 Oktober 2023 M., pukul 04.59 WIB.