LAKUKAN APA PUN YANG ANDA SUKA

Article Image

Bismillah,

Lakukan apa saja sesukamu (Do whatever you like). Lengkapnya, “Jika kamu ga punya rasa malu, lakukan apa saja sesukamu.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

Malu adalah sebuah kata sifat yang mencakup perbuatan menjauhi segala apa yang dibenci Allah. Rasa malu akan mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan tercela, sehingga mampu menghalangi seseorang dari melakukan dosa dan maksiat serta mencegah sikap melalaikan hak orang lain.

Ibnul Qayyim berkata, “Malu berasal dari kata hayaah (hidup). Hidup dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan hilangnya rasa malu, karena dipengaruhi oleh matinya hati dan ruh seseorang.”

Rasa malu menjadi salah satu akhlak Islam. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.” (HR. Ibnu Majah). Kalau sudah tidak punya rasa malu, “Lakukan saja sesukamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” 
(QS. 41:40). 

Rasulullah berpesan, “Milikilah rasa malu dengan sebenar-benarnya kepada Allah, dengan menjaga kepala dan apa yang ada padanya, dan menjaga perut dan apa yang di kandungnya.” (HR. Tirmidzi).
 
Maksudnya, menjaga kepala dan apa yang ada padanya adalah menjaga penglihatan (mata), ucapan (lisan) dan pendengaran (telinga). Juga menjauhi kesyirikan, di mana kepala tidak ditundukkan untuk sujud kepada selain Allah. Dan menjaga perut dan apa yang di kandungnya adalah menjaga perut dari makanan, minuman dan pakaian yang haram, juga menjaga kemaluan dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah.

Keutamaan seseorang yang memiliki rasa malu adalah mendatangkan kebaikan bagi dirinya sendiri, bagian dari iman, dicintai Allah, akhlak para Malaikat, akhlak Islam, menjauhkan dari kemaksiatan, mengantarkan ke surga dan mewarisi sifat-sifat para Nabi terdahulu sampai Nabi Muhammad SAW. 

Ada sifat malu yang tidak disyariatkan Islam. Seperti Antum malu untuk menuntut ilmu syar’i, mengaji, membaca Al-Qur’an, beramar ma’ruf nahi munkar, shalat berjama’ah di masjid, memakai busana Muslimah yang syar’i, mencari nafkah yang halal untuk keluarga. Sifat malu tersebut sangat tercela, karena akan menghalangi Antum memperoleh kebaikan yang sangat besar.

Antum harus merasa malu kepada Allah ketika Antum hanya membanggakan kehebatan akal semu, tidak pernah atau jarang shalat, jarang berinfaq, masih percaya ramalan dukun, melakukan ribawi, mengingkari janji-janji, asusila, korupsi dan berlaku zhalim. Semua sifat sangat tercela tersebut akan menjerumuskan pelakunya ke jurang kehinaan di dunia dan akhirat 
(QS. 11:105-107).

Ingat, ada 12 kaum dalam Al-Qur’an yang Allah hinakan dan binasakan, karena sejumlah perbuatan dosa mereka. Mengapa kita tidak mau bertaubat, beristighfar dan mengambil ‘ibrah untuk kembali ke jalan Allah? Jangan sampai Allah mencabut keberkahan dari negeri ini karena kita sudah tidak malu-malu lagi bermaksiat kepada-Nya (QS. 7:96).

Siapa saja yang tidak malu-malu lagi bermaksiat kepada Allah, ketahuilah bahwa Allah tidak pernah tidur apalagi lupa mengawasinya. Sampai ada joke, “Korupsi di zaman Orde Lama masih di bawah meja. Di zaman Orde Baru sudah di atas meja. Nah, di zaman Reformasi ini, mejanya sekalian dikorupsi.”

Sejatinya, setelah seseorang menerima banyak nikmat Allah, padahal dia jarang beribadah, harus hadir rasa malu dalam dirinya. Rasa malu karena menerima banyak nikmat Allah, pada waktu bersamaan menyadari banyak kekurangannya dalam beribadah kepada Allah. Mengapa harus demikian? 

Pertama malu karena tidak mampu memenuhi hak-hak Allah. Sikap malu ini hadir dari rasa gelisah, karena tidak pernah memenuhi hak-hak Allah.

Kedua, malu karena tidak mampu berbuat ikhlas. Sikap malu ini hadir dari rasa gelisah, karena tidak mampu berbuat ikhlas dalam setiap beramal.

Ketiga, malu karena banyak kesalahan yang dilakukan. Sikap malu ini hadir dari rasa gelisah, setelah menyadari kesalahannya. Dan harus berjanji tidak akan mengulanginya.

Keempat, malu karena kekurangannya beramal shalih. Seperti rasa malu para Malaikat, meski terus bertasbih siang malam tanpa henti. Mereka tetap merendahkan diri di hadapan Allah, "Ya Allah, kami belum bisa beribadah kepadamu dengan sebenar-sebenarnya."

Kemudian ada 3 hal penting untuk di- tadabburi. Pertama, hiduplah sesukamu, kelak kamu akan mati. Kedua, cintailah siapa saja yang kamu sukai, kelak kamu akan berpisah dengannya. Dan ketiga, berbuatlah sesukamu, kelak kamu akan menerima balasannya. 

Maka, karakter khas orang yang memiliki rasa malu adalah punya ‘iffah (menjaga diri dari perbuatan tercela) dan punya wafa’ (menepati janji). 

Simpulan

Setiap orang beriman dijamin memiliki rasa malu. Sebaliknya, orang yang selalu menuruti nafsu syahwatnya, pasti sudah hilang rasa malunya. 

Jangan pernah berharap sedikitpun ada kebaikan dari orang-orang yang sudah putus rasa malunya.
Innallaha Ma’anaa …..
Jum’at Penuh Berkah, Kranggan Permai, 6 Rabi’ul Awwal 1445 H./22 September 2023 M., pukul 05.07 WIB.